widgeo.net

Jumat, 09 September 2011

Capra IPDN

Adikku Capra IPDN

Sesaat sebelum keberangkatannya ke Bandara
                Tidak seperti biasanya, pada pukul 02.30 WITA dini hari rumahku sudah gaduh, orang-orang yang pada umumnya sedang tertidur dengan pulasnya pada jam tersebut, tapi seluruh anggota keluargaku malah sudah bangun dari tidur nya. Yah tepat pada hari ini tanggal 8 Agustus 2011, adikku Uyunul Bayani Amsak atau yang akrab di sapa Nunung harus berangkat menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Dia harus berangkat menuju kampus IPDN Jatinangor di Kab. Sumedang Prov. Jawa Barat untuk menyelesaikan tahapan akhir tesnya untuk bisa menjadi seorang PRAJA.
                Seperti yang kita ketahui, bahwa 3 hal yang telah di tentukan oleh Allah SWT kepada kita sebelum kita di lahirkan di Bumi ini, yaitu Jodoh, Rejeki dan Ajal. Ke tiga hal ini sudah di tetapkan oleh-Nya, dan itu mutlak adanya. Itulah mungkin salah satu rejeki yang di tetapkan Allah SWT untuk adikku, yaitu menjadi seorang PRAJA di usianya yang masih sangat muda (dia menyelesaikan SMP nya hanya dalam waktu 2 tahun, dia masuk program kelas akselerasi dan berhasil mengikuti tes masuk IPDN hingga tahap Pantukhir pada tahun pertamanya mendaftar, sungguh suatu rejeki yang begitu mulia yang engkau berikan kepada adikku Yaa Allah, Alhamdulillahi rabbil alamien).
Doa yang di panjatkan di tiap sujud akhir rakaat
Ayahku sedang melaksanakan shalat tahajjud
                Pagi itu saya langsung mengingat 2 tahun silam sama seperti saya harus berangkat dini hari menuju bandara untuk berangkat melaksanakan pantukhir. Pagi itu baru saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, sebuah pengorbanan orang tua, keikhlasan orang tua untuk melepas anaknya merantau di negeri orang, ketulusan orang tua dalam setiap pengharapannya kepada sang buah hati. Sebelum membangunkan adikku saya melihat ayahku melakukan shalat tahajjud dan di setiap sujud rakaat terakhirnya, beliau senantiasa memanjatkan doa kepada Sang Khalik, doa pengantar, doa yang merupakan harapan beliau akan kesuksesan buah hatinya di tanah rantau. Setelah bangkit dari sujudnya dan menyelesaikan shalat tahajjudnya ia pun kembali berdoa, mengangkat kedua tangannya menghadap ilahi memohon segala yang terbaik dan mengucap syukur atas nikmat yang sudah di berikan kepadanya. Selesai melaksanakan shalat beliau kemudian membangunkan ibu ku terlebih dahulu, beliau meminta ibuku untuk membangunkan adikku yang masih terjaga dalam tidur nya dan juga menyuruh ibuku untuk menyiapkan makanan untuk adikku sebelum ia berangkat. Sungguh suatu bentuk kasih sayang yang di balut dengan kebijaksanaan dari seorang ayah, suatu sikap tauladan yang patut di contoh olehku dan oleh siapa pun.
Ibuku sedang berdoa usai shalat
                Saat ibuku sudah terbangun dari tidurnya, ia langsung mengambil wudhu baru kemudian mencoba membangunkan adikku perlahan, setelah itu dia pun langsung melaksanakan shalat tahajjud. Tak jauh berbeda dengan apa yang ayahku lakukan. Beliau shalat, dan di setiap sujud akhirnya ia meminta melalui doa di dalam hatinya agar adikku di beri kesehatan dan keselamatan di sana, serta senantiasa di tunjukkan arah yang benar oleh-Nya. Usai shalat tak lupa beliau berdoa dengan khusyuk di dalam hatinya, dan saya yakin jauh di dalam lubuk hati ibuku, ibuku sungguh sedih karena harus di tinggal rantau oleh adikku, namun saya yakin beliau berusaha tampak tegar di depan anak-anaknya, karena ia pun tak mau anaknya merasa sedih.
Sarapan sebelum berangkat
                Usai melaksanakan shalat, ibuku langsung membangunkan kembali adikku yang belum juga bangun, namun tetap dengan kelembutan seorang ibu kepada anaknya, sungguh suatu bentuk kasih yang tak dapat kulukiskan dalam kata. Sembari adikku mandi dan mempersiapkan diri, ibuku pun menyiapkan sarapan buat adikku. Saat itu, rasa kantuk dan kelelahan masih sangat terlihat jelas di wajahnya, namun dia tetap bekerja menyiapkan makanan dan segala perlengkapan adikku, tak lupa pula ia mengecek segala perlengkapan adikku, jangan sampai ada yang tertinggal. Sungguh kasih seorang ibu kepada anaknya, suatu bentuk kasih yang tak ternilai harganya dan tak akan  ada yang dapat menandinginya di dunia ini, karena kasih yang ia berikan begitu tulus, tanpa harap balas jasa sama sekali. Bagai angin yang menderu dengan santai di sore hari, kasih seorang ibu pun begitu, bagaikan angin sepoi di sore hari. Ia tak terlihat, namun dapat di rasakan, sungguh sejuk dan menenangkan jiwa setiap insan.
                Inilah jalan hidup mu de’, jalan yang harus kau tapaki setahap demi setahap untuk mencapai apa yang kau harapkan. Namun perjuangan mu belum usai de’, walaupun kamu sudah Lulus dan di nyatakan menjadi calon praja atau Capra nantinya. Perjuangan mu masih panjang bahkan bisa di katakan baru di mulai. Engkau di antar oleh doa dan harapan dari ayah dan ibu, dan satu hal yang perlu engkau ingat, bahwa kesuksesan mu hari ini tak akan pernah bisa terjadi tanpa untaian doa dari orang-orang yang menyayangimu. Mereka semua tidak berharap mendapat apapun darimu, satu saja harapan mereka, yaitu sebuah kesuksesan yang akan kau bawa pulang nantinya. Inilah yang harus engkau capai de’, engkau harus menjawab seluruh doa dan harapan dari orang-orang terkasih mu dengan sebuah bukti nyata, sebuah kesuksesan mutlak yang engkau raih bukan dari hasil pemberian, namun hasil dari sebuah usaha dan kerja keras mu. Selamat berjuang de’, ingat motto kita sebagai orang bugis sekali layar berkembang, pantang biduk surut ke pantai , engkau di tempa di kawah candra dimuka, lembah manglayang, kampus kesatriaan IPDN Jatinangor dan saya yakin, kamu pasti bisa !! .

4 komentar:

Unknown mengatakan...

ah ada adenya . . kerjain aaaah . . :D

Rimesa Caswizte mengatakan...

aseeeek,,,diusilin boleh???^^

Unknown mengatakan...

Silahkan, cari aja nanti :)

Unknown mengatakan...

ya ya ya,, sudah dapet izin dr kk'y toh...