Secuil kisah di Nias
Nias,
sebuah kabupaten yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra dan masih
termasuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara, “Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan obyek wisata
penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman, fahombo (lompat batu). Nias saat ini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu
Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias
Utara, dan Kota Gunungsitoli”. (Wikipedia)
Bandar Udara Bidaka, Nias |
Bayangan saya ketika
menyebut Nias ialah uang kertas seribu rupiah yang terdapat gambar “Lompat
Batu”, lompat batu merupakan sebuah tradisi yang digunakan oleh suku nias untuk
menandakan seorang pemuda telah dewasa jika mampu melompati batu tersebut. “Batu yang harus
dilompati dalam fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2
meter, dengan lebar 90 cm, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus
melompati tumpukan batu tersebut, tapi ia juga harus memiliki teknik untuk
mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang”. (Wikipedia)
Namun dalam postingan kali
ini bukan cerita soal lompat batu itu yang mau saya share (karena gak sempat
main ke sana, sedihnya L ) tapi soal keeksotisan alam nya yang masih sangat alami, keramahan warga
nias dan hasil alam berupa buah-buahan dari Nias yang sangat melimpah.
Berawal dari kedatangan
kami (saya beserta 3 teman kantor) di Bandar Udara Bidaka Gunung Sitoli, Nias,
dimana dalam perjalanan kami menuju kantor Bupati Nias, kami lansung di suguhi
dengan pemandangan alam yang indah, pantai yang bersih, tebing-tebing tinggi
dengan berbagai pohon beraneka macam yang tumbuh di sekelilingnya, sangatlah
indah untuk di pandang mata, sangat kontras memang pemandangan seperti itu
dengan kondisi di Kota Jakarta. Jakarta dihiasi dengan gedung-gedung pencakar
langit yang saling lomba menggapai langit, sedangkan di Nias, pohon-pohon
tinggi tidak hanya berdiri dengan kokoh, namun juga memamerkan kemesraannya
dengan berbagai burung yang hinggap di rantingnya, sangat lah indah tuk di
pandang keasrian dan kedamaian seperti itu.
Suasana pantai Kabupaten Nias |
Setelah tugas kami
laksanakan, dibawalah kami mengelilingi Nias, memang sih tidak banyak destinasi
yang bisa kami datangi, lebih tepatnya kami hanya bisa wisata buah selama di
Nias. Pada umumnya buah-buahan yang ada di Nias sama kok dengan buah-buahan
yang ada didaerah lain, namun yang cukup unik adalah sistem penjualan serta
harganya yang FANTASTIS. Bukannya mahal lho...tapi sumpah Murah BGT J. Jadi gak usah khawatir buat wisata buah di Nias. Untuk sistem
penjualannya sendiri, buah seperti dukuh, langsat dan rambutan tidak lah di
jual dengan sistem perkilogram, tapi per-buah. Sistem inilah yang unik menurut
saya, sedangkan untuk harganya sendiri, untuk 100 (seratus) buah dukuh, langsat
atau rambutan cuman dihargai Rp 5.000,- (Lima Ribu Rupiah). Sedangkan untuk 1
buah durian harganya berkisar dari Rp 3.000,- sampai dengan Rp 5.000,- FANTASTIS bukan ?! Soal rasa, gak
usah di ragukan lagi, manis, top markotop dahh J
Tawar menawar dengan pedagang buah |
Menikmati durian Nias yang murah meriah :D |
Secuil kisahku selama
berkunjung di Kabupaten Nias, semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar