widgeo.net

Rabu, 11 Juni 2014

MENGENAL PEKAN RAKYAT JAKARTA MONAS



JJS Di Pekan Rakyat Jakarta

Tahun pertama di tanah perantauan, begitu banyak hal-hal baru yang mengundang rasa haus keinginan tahu saya di tanah rantau ini, berbagai event rutin yang sudah menjadi tradisi tahunan bagi warga Jakarta menjadi sisi lain dari ibukota Negara ini dengan daerah-daerah lain yang pernah saya kunjungi, Jakarta menjadi kota tersibuk dan teramai menurut pengamatan saya.
Pekan ini saja dilaksanakan 2 pameran besar, Jakarta Fair di Kemayoran dan Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) di Monas. Secara umum 2 event ini hampir sama, karena yang ditampilkan mulai dari jajanan tradisional, berbagai snack kreatif, aneka permainan anak, otomotif, provider telepon seluler, dll. Namun sasaran pelaksanaan yang menjadi pembeda antara ke-2 event ini, Jakarta Fair menjadikan masyarakat kelas menengah keatas yang menjadi sasarannya, sedangkan PRJ menjadikan masyarakat kelas bawah dan menengah yang menjadi sasaran utamanya. Disamping itu untuk memasuki kawasan PRJ di Monas, tidak dipungut biaya alias Free of Charge alias Gratis, sedangkan di Jakart Fair dikenakan biaya tiket masuk yang berkisar sebesar 20ribu – 30ribu.
Pintu Masuk PRJ Monas

 Berbagai Brand yang ikut berpartisipasi dalam ajang PRJ Monas

Nahh sebagai Newbie di tanah rantau maka wajib mencari tahu gimana sih suasana PRJ dan Jakarta Fair tuh, biar ade cerite kata orang, selama ini kan taunya cuman dari tipi2. Mumpung bisa cepat pulang hari ini, lokasi PRJ juga yang tinggal nyebrang dari kantor, akhirnya JJS (Jalan-jalan Sore) deh ke area PRJ Monas. Begitu masuk langsung di sambut dengan berbagai mainan ala “pasar malam”, lucu juga waktu liatnya, jadi keinget waktu kecil maen ke “pasar malam” trus maen kuda2an. Semakin masuk kedalam area monas akan kita temui berbagai booth dealer motor/mobil, provider berbagai telepon seluler, aneka makanan dan tak lupa pula, Kerak Telor. Makanan ini merupakan makanan tradisional khas Jakarta yang wajib ada di setiap event, cukup murah untuk menikmati 1 porsi kerak telor, cukup dengan 15.000 rupiah sudah bisa kita nikmati kerak telor yang renyah dan gurih ini. Secara umum PRJ monas cukup bagus, ramai dengan berbagai stage panggung hiburan rakyat serta berbagai booth yang memberikan berbagai bonus dan diskon dalam penjualannya.

 
 Berbagai Permainan ala "Pasar Malam" :)




Berbagai booth provider telepon dan motor
Namun diantara berbagai booth yang ada, saya terkesan dengan 1 booth yang terletak dekat lapangan basket monas, boothnya itu menampilkan berbagai permainan tradisional Indonesia, dimulai dari lompat karet, gasing2an, congklak, pedang2an bambu, kapal2an, dll. Mainan ini bagaikan mesin waktu yang mengajak saya kembali kemasa kanak2, bermain dengan teman masa kecil tanpa mengenal berbagai permasalahan yang terjadi diluar sana, bebas bermain, mengasah keterampilan dan kreatifitas. Sejenak kemudian kuberpikir, begitu beda permainan anak kecil zaman sekarang ini dengan permainan anak kecil zaman2 saya kala itu. Saat ini berbagai permainan serba teknologi, dengan gadget canggih yang harganya cukup mahal, sedangkan permainan kecil dizaman saya tidak perlu dibeli dengan uang, karena cukup menggunakan sedikit keterampilan dengan menggunakan berbagai barang yang ada disekitar kita untuk membuatnya. Namun bukan masalah harga dari permainan itu yang menjadi kekhawatiran saya, yang menjadi kekhawatiran saya saat ini adalah kreatifitas dan keterampilan yang kurang bisa diasah dengan berbagai permainan anak kecil yang ada saat ini, tentunya ini sangat berpengaruh dengan pola perkembangan pemikiran anak nantinya, olehkarena itu adanya komunitas seperti ini sangatlah penting untuk melestarikan berbagai permainan tradisional bangsa ini sehingga tidak punah dan tergantikan oleh berbagai gadget canggih saat ini.
 Telepon Kaleng
 Perahu2an Minyak dan Karet
 Congklak
 Aneka Gasing Putar

Yahh sedikit pelajaran yang saya dapatkan dengan JJS kali ini, yaitu pentingnya melestarikan sesuatu yang bisa jadi menjadi harta yang sangat berharga dimana kita mungkin saja baru akan menyadarinya ketika hal itu telah hilang atau diakui oleh bangsa lain menjadi miliknya. Pepatah bijak memang mengatakan bahwa penyesalan itu selalu datang diakhir, dan saya akan menambahkan pepatah itu dengan “...tapi kesadaran itu bisa kita tumbuhkan sejak awal” sehingga penyesalan tidak akan terjadi di akhir.
Sedikit tulisan yang merupakan ulasan dari JJS saya kali ini ke PRJ Monas, semoga bermanfaat, Makasih :)

 Suasana Keramaian di PRJ
 Kerak Telor