JJS Di Pekan Rakyat Jakarta
Tahun pertama di tanah perantauan, begitu
banyak hal-hal baru yang mengundang rasa haus keinginan tahu saya di tanah
rantau ini, berbagai event rutin yang sudah menjadi tradisi tahunan bagi warga
Jakarta menjadi sisi lain dari ibukota Negara ini dengan daerah-daerah lain
yang pernah saya kunjungi, Jakarta menjadi kota tersibuk dan teramai menurut
pengamatan saya.
Pekan ini saja dilaksanakan 2 pameran
besar, Jakarta Fair di Kemayoran dan Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) di Monas. Secara
umum 2 event ini hampir sama, karena yang ditampilkan mulai dari jajanan
tradisional, berbagai snack kreatif, aneka permainan anak, otomotif, provider
telepon seluler, dll. Namun sasaran pelaksanaan yang menjadi pembeda antara
ke-2 event ini, Jakarta Fair menjadikan masyarakat kelas menengah keatas yang
menjadi sasarannya, sedangkan PRJ menjadikan masyarakat kelas bawah dan
menengah yang menjadi sasaran utamanya. Disamping itu untuk memasuki kawasan
PRJ di Monas, tidak dipungut biaya alias Free of Charge alias Gratis, sedangkan
di Jakart Fair dikenakan biaya tiket masuk yang berkisar sebesar 20ribu – 30ribu.
Pintu Masuk PRJ Monas
Berbagai Brand yang ikut berpartisipasi dalam ajang PRJ Monas
Nahh sebagai Newbie di tanah rantau maka
wajib mencari tahu gimana sih suasana PRJ dan Jakarta Fair tuh, biar ade cerite
kata orang, selama ini kan taunya cuman dari tipi2. Mumpung bisa cepat pulang
hari ini, lokasi PRJ juga yang tinggal nyebrang dari kantor, akhirnya JJS
(Jalan-jalan Sore) deh ke area PRJ Monas. Begitu masuk langsung di sambut
dengan berbagai mainan ala “pasar malam”, lucu juga waktu liatnya, jadi keinget
waktu kecil maen ke “pasar malam” trus maen kuda2an. Semakin masuk kedalam area
monas akan kita temui berbagai booth dealer motor/mobil, provider berbagai
telepon seluler, aneka makanan dan tak lupa pula, Kerak Telor. Makanan ini
merupakan makanan tradisional khas Jakarta yang wajib ada di setiap event,
cukup murah untuk menikmati 1 porsi kerak telor, cukup dengan 15.000 rupiah
sudah bisa kita nikmati kerak telor yang renyah dan gurih ini. Secara umum PRJ
monas cukup bagus, ramai dengan berbagai stage panggung hiburan rakyat serta
berbagai booth yang memberikan berbagai bonus dan diskon dalam penjualannya.
Berbagai Permainan ala "Pasar Malam" :)
Berbagai booth provider telepon dan motor
Namun diantara berbagai booth yang ada,
saya terkesan dengan 1 booth yang terletak dekat lapangan basket monas, boothnya
itu menampilkan berbagai permainan tradisional Indonesia, dimulai dari lompat karet,
gasing2an, congklak, pedang2an bambu, kapal2an, dll. Mainan ini bagaikan mesin
waktu yang mengajak saya kembali kemasa kanak2, bermain dengan teman masa kecil
tanpa mengenal berbagai permasalahan yang terjadi diluar sana, bebas bermain,
mengasah keterampilan dan kreatifitas. Sejenak kemudian kuberpikir, begitu beda
permainan anak kecil zaman sekarang ini dengan permainan anak kecil zaman2 saya
kala itu. Saat ini berbagai permainan serba teknologi, dengan gadget canggih
yang harganya cukup mahal, sedangkan permainan kecil dizaman saya tidak perlu
dibeli dengan uang, karena cukup menggunakan sedikit keterampilan dengan
menggunakan berbagai barang yang ada disekitar kita untuk membuatnya. Namun
bukan masalah harga dari permainan itu yang menjadi kekhawatiran saya, yang
menjadi kekhawatiran saya saat ini adalah kreatifitas dan keterampilan yang
kurang bisa diasah dengan berbagai permainan anak kecil yang ada saat ini,
tentunya ini sangat berpengaruh dengan pola perkembangan pemikiran anak
nantinya, olehkarena itu adanya komunitas seperti ini sangatlah penting untuk
melestarikan berbagai permainan tradisional bangsa ini sehingga tidak punah dan
tergantikan oleh berbagai gadget canggih saat ini.
Telepon Kaleng
Perahu2an Minyak dan Karet
Congklak
Aneka Gasing Putar
Yahh sedikit pelajaran yang saya dapatkan
dengan JJS kali ini, yaitu pentingnya melestarikan sesuatu yang bisa jadi
menjadi harta yang sangat berharga dimana kita mungkin saja baru akan
menyadarinya ketika hal itu telah hilang atau diakui oleh bangsa lain menjadi
miliknya. Pepatah bijak memang mengatakan bahwa penyesalan itu selalu datang
diakhir, dan saya akan menambahkan pepatah itu dengan “...tapi kesadaran itu
bisa kita tumbuhkan sejak awal” sehingga penyesalan tidak akan terjadi di
akhir.
Sedikit tulisan yang merupakan ulasan
dari JJS saya kali ini ke PRJ Monas, semoga bermanfaat, Makasih :)
Suasana Keramaian di PRJ
Kerak Telor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar