Cinta itu. . . .?!!?
Cinta. . .cinta. .cinta. Yah dewasa ini, para remaja seakan di “galaukan” oleh suatu hal yang entah apa defenisinya (karena sampai saat ini para ahli belum pernah sepakat tentang defenisi cinta itu apa) masih merupakan sesuatu yang misterius yang bisa datang secara tiba2 dan menghantui perasaan para remaja saat ini. Sebenarnya sih bukan cuman remaja yang di “galaukan” dengan cinta, terkadang anak kecil bahkan orang tua pun bisa kena syndrom galau akibat cinta. Namun yang ingin saya singgung di sini cuman sebatas remaja saja (berhubung saat ini saya tergolong remaja, bukan anak2 ataupun orang tua, jadi yg di bicarakan tentang remaja saja lah, hehehe).
Tapi sebenarnya penasaran juga, apa sih defenisi cinta itu?!?? Setelah tanya ke “mbah” google dia nge-jawabnya gini “Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi (Wikipedia)” . Grup Band Ungu dalam lirik lagunya mengatakan, “Cinta adalah misteri dalam hidup”, Afgan mengatakan “cinta ku bukan cinta biasa” (Lho kok ?! ini mah judul lagunya afgan, tp gpp lah, kan ada kata cintanya ;) dan masih banyak lagi defenisi cinta itu. Kalau menurut saya, cinta itu adalah LOVE. Love itu . . . . adalah Bahasa Inggris (hahaha, jayus banget fif) . Ahhh….ntah lah apa itu cinta, gak penting apa defenisi cinta itu, yg terpenting menurut saya kita ngerti dan tau apa itu cinta sebenarnya.
Berbicara soal cinta saya selalu teringat dengan film Ayat-ayat Cinta (AAC) karya mas Hanung Bramantyo yang merupakan film hasil adaptasi dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy. Dari film ini saya mempelajari apa arti cinta itu yang sebenarnya. Dalam film ini sangat jelas perbandingan rasa cinta yang di miliki Maria Girgis (Carissa Puteri) dan Aisha Greimas (Rianti Cartwright) terhadap Fahri bin Abdullah Shiddiq (Fedi Nuril). Maria dan Aisha memang menaruh perasaan yang sama terhadap Fahri, namun mereka memiliki persepsi berbeda tentang apa arti cinta sesungguhnya.
Menurut Maria cinta itu harus memiliki, oleh karena itu tak peduli dengan keadaan sekitar, yang dia tau ketika dia mencintai Fahri, dia harus memilikinya, dan ketika dia tidak mendapatkan cinta yang dia harapkan Maria akhirnya jatuh sakit, dan kesehatannya semakin hari semakin drop. Hal ini sangat bertolak belakang dengan rasa cinta yang di tunjukkan Aisha kepada Fahri. Menurut Aisha sendiri cinta itu tidak harus memiliki, ketika Fahri tertimpa bencana dan Maria adalah satu2nya kunci untuk menyelesaikan masalahnya namun Fahri harus terlebih dahulu menikahinya. Aisha dengan penuh keikhlasan memberi izin kepada Fahri (yang notabene sudah menjadi suaminya) untuk menikahi Maria. Di sini kita bisa melihat bagaimana pengorbanan yang di berikan Aisha terhadap orang yang di cintainya, ia rela dimadu demi kebahagiaan suaminya (Fahri) agar ia bisa bebas dari penjara, walaupun sebenarnya itu menghancurkan hatinya, namun menurutnya ketika orang yang di cintainya bahagia, maka ia pun akan ikut berbahagia, cinta itu tak harus memiliki.
Seperti itulah arti cinta sesungguhnya. Ketika kita mencintai seseorang berarti kita ingin membahagiakan orang yang kita cintai, dan ketika orang yang kita cintai bahagia, maka barulah kita juga ikut berbahagia. Namun yang terjadi saat ini, ketika kita mencintai orang, terkadang kita tidak peduli perasaan orang yang kita cintai, yang kita tau hanya bagaimana kita bisa memiliki orang yang kita cintai, tak peduli bagaimanapun caranya. Ketika hal ini terjadi pada diri kita, maka bersegeralah introspeksi diri sebelum diri kita menyakiti hati orang yang kita cintai (tentunya kita semua tidak ingin ini terjadi kan?!).
John C. Maxwell dalam sebuah buku menulis demikian “anda memberi bukan karena mengharap imbalan, anda memberi karena itu adalah hal yang baik untuk dilakukan” . Sama seperti cinta, ketika kita mencintai seseorang itu berarti kita memberi perhatian dan kasih sayang kepada orang itu, tidak untuk mengharap imbalan ataupun mengharap timbal balik yang sama, namun karena memberi seperti yang dikatakan oleh John C. Maxwell adalah hal yang baik untuk di lakukan. Ketika kita memberi secara tulus ikhlas, maka kita tidak usah mengharap imbalan itu datang, karena tanpa di harap atau di tunggu sekalipun, maka akan datang balasan yang lebih dari yang kita harapkan atau yang kita bayangkan. Kuncinya adalah ikhlas memberi.
Namun, sebelum kita berani mencintai orang lain, mari kita belajar terlebih dahulu mencintai orang2 terdekat kita, seperti orang tua, saudara ataupun keluarga kita. Ketika kita sudah bisa mencintai orang2 terdekat kita, barulah kita mulai mencintai orang lain. Kalau orang tua, saudara ataupun keluarga saja yang merupakan orang terdekat kita, yang mana kita masih memiliki ikatan darah dengannya tidak bisa kita cintai dengan baik, lantas bagaimana kita akan mencintai orang lain yang bisa jadi tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan kita?! Apalagi kalau bukan adanya campur tangan “nafsu” di dalamnya?!? Kita harus mengakui akan hal tersebut. Oleh karena itu, mari kita belajar mencintai orang terdekat kita terlebih dahulu sebelum kita berani mencintai orang lain.
Mungkin inilah arti cinta menurut perspektif saya, dimana cinta itu tidak harus memiliki, intinya adalah ketika orang yang kita cintai bahagia maka kita pun akan bahagia karenanya. Ikhlas memberi rasa cinta serta tulus dalam memberi kasih sayang tanpa mengharap imbalan merupakan kunci dari makna cinta yang sesungguhnya.